TAHLIL DI ZAMAN NABI

Tahlil zaman Nabi Saw


Di jaman Nabi berdzikir memang dianjurkan bukan saja oleh Nabi dengan Haditsnya tetapi al-Qur'an pun dianjurkan agar orang Islam tidak melupakan berdzikir itu.
Firman Allah dalam Surat Al-Ahzab ayat 41 memerintahkan kita untuk banyak berdzikir:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا وَسَبْحُوهُ
بكرة وأصيلا .
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.
Dalam surat al A'raaf ayat 205, disebutkan dalam menyebut nama Allah hendaknya dilakukan dengan tidak keras-keras dengan melakukannya setiap pagi dan petang dan diperintahkan kita agar tidak termasuk orang yang lalai.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَا ذْكُرْ رَّبَّكَ فِيْ نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَّدُوْنَ الْجَـهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
بِا لْغُدُوِّ وَا لْاٰ صَا لِ وَلَا تَكُنْ مِّنَ الْغٰفِلِيْنَ
Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut dan tidak mengeraskan suara, dipagi hari dan petang. Dan janganlah kamu termasuk orang yang lalai.
Dalam melakukan dzikir Nabi memberi berbagai tuntunan bacaan seperti Tasbih (bacaan Subhanallah), tahmid (bacaan Alhamdulillah) sebagaimana disebutkan dalam Surat Ghafir ayat 55, juga tahlil (ucapan Laailaaha Illallah) dan doa-doa lain yang banyak jumlahnya.
Sebagai contoh barangkali dapat disebutkan Hadits riwayat Muslim dan Sa'ad bin Abi Waqash.
وَعَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إلى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَلِّمْنِي كَلِمَاتٍ أَقُولَهُنَّ ، قَالَ : قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ، وَلَا حَولَ وَلَا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ العزيز الحكيم، قَالَ فَهُوَلَا لِنَتِي فَمَالِي ؛ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَانْ نُرقني (اخرده مسلم)
Artinya: Dari Sa'ad bin Abi Waqash ra diceritakan bahwa datanglah seorang A'rabiy kepada Nabi dan berkata: "Ya Rasulullah ajarkanlah kalimat-kalimat yang bisa saya baca". Maka Nabi pun bersabda: "Bacalah: Laa ilaaha Illallah Wahdahu Laa Syariekalah. Allahu Akbar. Walhamdulillahi Katsiera. Wasubhaanallahi Rabbil Alamien. Walaa haula Walaa Quwwata illa Billaahil 'Azieziel Hakim" Berkata A'rabiy tadi: "Bacaan itu semuanya untuk Tuhanku. Mana yang untuk aku?" Sabda Nabi: "Bacalah Allahummaghfirly Warhamniy Wahdiniy Wa Aafieniy Warzuqniy." (HR. Muslim)
Kesimpulannya ada tuntunan untuk berdzikir sejak jaman Nabi, hanya menurut al Qur'an seperti tersebut di atas tadi, dzikir dilakukan dengan hati, kalau ucapannya pun tidak dengan keras. Dzikir yang dituntunkan Nabi bukan saja bacaan tahlil, tetapi juga bacaan lain, seperti tahmid, tasbih, istighfar. Kesemuanya dituntunkan agar manusia tidak lalai dan melalaikan Tuhan. Dalam pada itu oleh Nabi dituntunkan perseorangan, seperti dituntunkan pada seorang A'rabiy tadi. Adapun kalau dimasa Nabi ada kelompok seperti tersebut pada Hadits yang Anda tanyakan tersebut pula pada riwayat Muslim, Tirmidzi dan an-Nasaiy. Hanya saja menurut riwayat Abu Dawud yang dianjurkan Nabi berdzikir dengan tadarus al- Qur'an dan mendalami artinya. Untuk itu dapat diperhatikan dua Hadits di bawah.
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى خَلَقَةٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ : مَا أَجْلَسَكُمْ ، قَالُوا جَلَسْنَا نَذْكُرُ اللهَ وَنَحْمَدُهُ عَلَى مَا هَدَانَا لِلْإِسْلَامِ وَمَنَّ بِهِ عَلَيْنَا، قَالَ أَمَا إِنِّي لَمْ اسْتَخْلِفَكُمْ تَهْمَةً لَكُمْ وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ
Artinya: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah keluarmendatangi kelompok sahabat lalu bertanya: "Apakah yang mendorong kalian duduk di sini?" Mereka menjawab: "Kami duduk melakukan dzikir pada awal dan memuji-Nya atas bimbingan-Nya memberi hidayah kepada Agama Islam dan mengaruniakan atas kami." Rasulullah bersabda: "Saya tidak meminta kalian bersumpah akan kesangsianku kepada kalian, akan tetapi Jibril telah datang memberitahu kepadaku bahwa Allah membanggakan kalian kepada malaikat-malaikat karena perbuatan kalian ini." (HR. Muslim At Tirmidzi dan an-Nasaiy).
ما اجتمع قوم في في بَيْتٍ من يوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ
اللهِ وَيَتَدَا رَسُونَهُ بَيْنَهُمُ الأَعْشِيتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةٌ وَحَنَّهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ ( رواه أبو داود )
Artinya: Tidaklah satu kaum berkumpul dalam satu rumah Allah (masjid) membaca kitab Allah (al-Qur'an) dan mendalami isinya, melainkan mereka mengikuti rahmat diberi ketenangan dan dikerumuni malaikat serta dipuji di hadapan malaikat-malaikat yang ada di sekitar- Nya. (HR. Abu Dawud)