MENCERMATI RISYWAH DAN HADIAH
Risywah dan hadiah merupakan fenomena yang lumrah di masyarakat kita hingga saat ini. Istilah yang dipakai untuk mewakilinya pun bermacam-macam, seperti angpao, ucapan terima kasih, balas budi, parsel, money politik, uang pelicin, pungli dan lain sebagainya.
Khusus untuk hadiah di samping mengandung makna positif juga mengandung makna negatif. Dalam Bahasa Indonesia hadiah bisa diartikan sebagai suatu penghargaan atas prestasi seseorang dalam suatu kompetisi atau pemberian atas kebaikan hati seseorang. Selain itu hadiah juga bisa bermakna sebuah pemberian yang berhubungan dengan kepentingan-kepentingan pribadi. Dengan demikian antara risywah dan hadiah agaknya susah dibedakan karena tergantung kepada niat pelaku. Tulisan ini diharapkan bisa menjelaskan secara gamblang tentang risywah dan hadiah.
- Pengertian Risywah
Secara etimologis kata risywah berasal dari bahasa Arab ” رَشَا - يَرْشُو “ yang masdarnya bisa dibaca “ رِشْوَةً yang berati “ الجعلو “ yaitu upah, hadiah, komisi, suap, atau juga bisa dimaknai sebagai berikut :
الَّذِي يُتَوَصَّلُ بِهِ إِلَى الْمَاءِ
“tali timba yang berfungsi mengantarkan timba sehingga bisa sampai ke air”[1]
الوُصْلَةُ إِلَى الْحَاجَةِ بِالْمُصَانَعَةِ
“alat penghubung terwujudnya kebutuhan dengan suap”[2]
Adapun secara terminologi, risywah bisa dimaknai sebagai berikut :
مَا يُعْطِيهِ الشَّخْصُ الْحَاكِمَ أَوْ غَيْرَهُ لِيَحْكُمَ لَهُ ، أَوْ يَحْمِلَهُ عَلَى مَا يُرِيْدُ
“Pemberian seseorang kepada hakim atau yang lainnya supaya memberikan keputusan yang menguntungkannya atau membuat orang yang diberi melakukan apa yang diinginkan oleh yang memberi”[3]
مَا يُعْطَى لإِبْطَالِ حَقٍّ أَوْ لإِحْقَاقِ بَاطِلٍ
“Pemberian untuk membatalkan kebenaran dan membenarkan yang batil”[4]
- Landasan Hukum
Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat tentang larangan memakan harta dengan cara yang batil. Diantaranya sebagai berikut :
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui. (Al-Baqarah 188)
Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil. (Al Maidah 42)
Ada beberapa hadis-hadis Rasulullah SAW yang melarang tentang risywah ini. Hadis-hadis tersebut antara lain sebagai berikut:
حَدَثَنَا قُتَيْبَة حَدَثَنَا أَبُو عِوَانَة عَنْ عُمَرَو بن أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : لَعَنَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِيْ فِي الْحُكْمِ. (رواه الترمذى(
Artinya:”Hadis diterima dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah SAW melaknat orang yang menyogok dan yang menerima sogok dalam hukum”. (HR. al-Turmuzi).
حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِىُّ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِى ذِئْبٍ عَنْ خَالِهِ الْحَارِثِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِى وَالْمُرْتَشِى.(رواه الترمذى)
Artinya:”Hadis diterima dari Abdullah bin Amr, beliau berkata: Rasulullah SAW melaknat orang yang menyogok dan menerima sogok”. (HR. al-Turmuzi).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا الأَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ - يَعْنِى ابْنَ عَيَّاشٍ - عَنْ لَيْثٍ عَنْ أَبِى الْخَطَّابِ عَنْ أَبِى زُرْعَةَ عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ وَالرَّائِشَ. يَعْنِى الَّذِى يَمْشِى بَيْنَهُمَا.)رواه أحمد(
Artinya:”Hadis diterima dari Tsauban, beliau berkata: Rasulullah melaknat orang yang menyogok dan yang menerima sogok serta orang yang menjadi perantara, yaitu orang yang berjalan di antara keduanya”. (HR. Ahmad)
أَخْبَرَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى بْنِ مُجَاشِعٍ ، قَالَ : حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ النَّرْسِيُّ ، قَالَ : أَخْبَرَنَا أَبُو عَوَانَةَ ، عَنْ عُمَرَ بْنِ أَبِي سَلَمَةَ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَعَنَ اللَّهُ الرَّاشِيَ ، وَالْمُرْتَشِيَ فِي الْحُكْمِ).(صحيح ابن حبان(
Artinya:”Hadis diterima dari Abû Hurairah, beliau dari Nabi SAW ia berkata Allah melaknat orang yang menyogok dan yang menerima sogok dalam hukum”. (HR. Shahîh Ibnu Hibbân).
أخبرنا أبو العباس محمد بن أحمد المحبوبي ثنا أحمد بن سيار ثنا القعنبي و أحمد بن يونس قالا : ثنا بن ابن أبي ذئب عن الحارث بن عبد الرحمن عن أبي سلمة عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : لَعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم الرَّاشِي وَ الْمُرْتَشِي .(المستدراك الحاكم(
Artinya:”Hadis diterima dari ‘Abdullâh bin Umar RA, dia berkata Rasulullâh SAW melaknat orang yang menyogok dan yang menerima sogok”. (HR. al-Mustadrak al-Hâkim)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الرَّاشِي وَالْمُرْتَشِي. (ابن ماجة
Artinya:”Hadis diterima dari ‘Abdullâh bin Umar, dia berkata bersabda Rasulullâh SAW Allah melaknat (orang yang menyogok dan yang menerima sogok)”. (HR. Ibnu Mâjah).
Dari uraian ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa suap merupakan perkara yang diharamkan oleh Islam, baik memberi ataupun menerimanya sama-sama diharamkan di dalam syariat. Namun sepertinya masih ada pengecualian dalam risywah terkait dengan mendapatkan hak dan mencegah kedzaliman sesuai dengan hadis Rasulullah saw :
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ إنِّي لَأُعْطِي أَحَدَهُمْ الْعَطِيَّةَ فَيَخْرُجُ بِهَا يَتَأَبَّطُهَا نَارًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلِمَ تُعْطِيهِمْ ؟ قَالَ يَأْبُونَ إلَّا أَنْ يَسْأَلُونِي وَيَأْبَى اللَّهُ لِي الْبُخْلَ
Nabi saw. bersabda, “Sesungguhnya aku memberi seseorang pemberian, lalu dengan pemberian tersebut dia terhindar dari api. Lalu sahabat bertanya, ‘Kenapa engkau memberi mereka ya Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Mereka enggan, kecuali mereka meminta kepadaku. Allah pun enggan kalau aku bakhil” (H.r. Ahmad)
عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنِ ابْن مَسْعُودٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّهُ لَمَّا أَتَى أَرْضَ الْحَبَشَةِ أَخَذَ بِشَىْءٍ فَتُعُلِّقَ بِهِ فَأَعْطَى دِينَارَيْنِ حَتَّى خُلِّىَ سَبِيلُهُ
Dari al-Qasim bin Abdurrahman, dari Ibnu Mas’ud, sesungguhnya ketika ia datang ke negeri Habsyah, ia membawa sesuatu, maka ia ditahan karena sesuatu itu. Lalu ia memberi dua dinar sehingga ia dibebaskan. (H.r. al-Baihaqi, as-Sunanul Kubra, juz X:139)
- Perbedaan Risywah dengan Hadiah
Risywah dan hadiah memiliki kesamaan juga perbedaan. Dikatakan sama karena kedua-duanya masuk didalam kategori pemberian kepada seseorang. Dikatakan beda dilihat dari niat atau motifasinya. Kata hadiah (هدِيَّة) berarti إهداء (pemberian), اللُّهْنَة (oleh-oleh), التَّقدِمَة (hadiah). Hadiah merupakan pemberian harta kepada orang lain dengan tujuan untuk menghormati (اِكْرَامٌ), memuliakan (تَعِظِيْمٌ), mengasihi (تودد) dan mencintainya (تحبب), sementara risywah bertujuan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Terkait dengan hadiah, Rasulullah saw pernah bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم، إِذَا أُتِيَ بِطَعَامٍ سَأَلَ عَنْهُ: أَهَدِيَّةٌ أَمْ صَدَقَةٌ فَإِنْ قِيلَ صَدَقَةٌ، قَالَ لأَصْحَابِهِ: كُلُوا، وَلَمْ يَأْكُلْ وَإِنْ قِيلَ هَدِيَّةٌ، ضَرَبَ بِيَدِهِ صلى الله عليه وسلم، فَأَكَلَ مَعَهُمْ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Rasulullah saw. apabila diberi makanan beliau bertanya: apakah makanan ini hadiah atau sadaqah. Jika dijawab: ‘Sadaqah’, beliau mengatakan pada para sahabatnya, ‘Makanlah oleh kalian’, sedangkan beliau tidak memakannya. Akan tetapi bila dijawab: ‘Hadiah’, maka beliau (Nabi saw) mengambil dengan tangannya lalu makan bersama mereka” (HR. Al-Bukhari)
عَنْ عَلِىٍّ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم- أَنَّ كِسْرَى أَهْدَى إِلَيْهِ فَقَبِلَ مِنْهُ وَأَنَّ الْمُلُوكَ أَهْدَوْا إِلَيْهِ فَقَبِلَ مِنْهُمْ
عَنْ عَلِيِّ قَالَ : إِنَّ كِسْرى أَهْدَى إِلَى رَسُوْلِ الله صلى الله عليه وسلم هَدِيَّة مِنْه، وَإِنَّ الْمُلُوْكَ أَهْدَوْا إِلَيْهِ فَقَبِلَ مِنْهُمْ
Dari Ali, ia berkata, “Sesungguhnya Kisra memberi hadiah kepada Nabi saw. dan raja-raja lain juga memberi hadiah kepada beliau dan beliau menerima hadiah tersebut dari mereka” (H.R. At-Tirmidzi)
- Sanki Bagi Pelaku Risywah
Sanksi hukum bagipelaku risywah / suap tidak disebutkan secara jelas dalam alquran dan hadis. Dengan demikian sanksi tindak pidana risywah / suap masuk dalam katagori sanksi takzir yang penentuan ada di tangan hakim. Untuk menentukan bentuk hukumannya tentu seorang hakim juga harus melihat kepada kaidah-kaidah hukum yang ada di dalam hukum Islam.
- Kesimpulan
Setelah mencermati ayat-ayat al-Qur’an dan Hadis Nabi seputar risywah, maka sudah tidak diragukan lagi tentang keharaman risywah. Namun yang menjadi persoalan adalah apa saja persoalan-persoalan yang termasuk dalam katagori risywah sehingga dapat dihukumi haram. Banyak persoalan yang muncul yang agaknya dapat dikatagorikan risywah, diantaranya adalah money politik, membayar sejumlah uang untuk mendapatkan pekerjaan, membayar sejumlah uang agar bebas dari tilang dan masih banyak lagi.
[1](an-Nihayah fi Gharib Al-Hadits, II:546)
[2](al-Faiq fi Gharib Al-Hadits, II:60)
[3](Lihat, Tajul ‘Arus min Jawahiril Qamus, XXXVIII:153)
[4](Lihat Al-Mausû’ah Al-Fiqhiyyah II/7819)