DOA IFTIAH DALAM SHOLAT WAJIB

TUNTUNAN SHALAT WAJIB
DALAM HIMPUNAN PUTUSAN TARJIH
(HPT)2

Gerakan setelah takbiratul ihram seraya mengangkat kedua belah tangan sejurus bahu, mensejajarkan ibu jari pada daun telinga, lalu gerakan selanjutnya dalam Himpunan Putusan Tarjih dapat kita lihat redaksi sebagai berikut :
1. Redaksi keempat berbunyi :

2. ثُمَّ ضَعْ يَدَكَ اليُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّكَ اليُسْرَى عَلَى صَدْرَكَ
Lalu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu

Landasan dalilnya berdasar pada :
Hadits shahih dari Wail :
لِحَدِيْثِ وَائِلٍ قَالَ: صَلَّيتُ مَعَ رَسُولُ الله صلعم وَوَضَعَ يَدَهُ اليُمْنَى عَلَى يَدَهِ اليُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ. رَوَاهُ ابْنُ خُزَيمَةَ فِى صَحِيحِهِ. وَ فِى حَدِيْثِ وَائِلٍ عِنْدَ اَبِى دَاوُدَ وَالنَّسائِىِّ: ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ اليُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ اليُسْرَى, وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيمَةَ وَغَيْرُهُ وَاَصْلُهُ فِى صَحِيحِ مُسْلِمٍ بِدُونِ الزِّيَادَةِ قَالَهُ فِى الفَتْحِ (ج2ص152). وَفِى البُخَارِىِّ عَنْ سَهْلِ ابْنُ سَعْدٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ اَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ يَدَهُ اليُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ.

Menilik hadis shahih dari Wail yang berkata:Saya shalat bersama Rasulullah saw. dan beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya di atas dadanya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dishahihkannya). Dan hadis dari Wail juga menurut riwayat Abu Dawud dan an-NasaI Lalu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak tangan kirinya, serta pergelangan dan lengannya. (Hadis ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan lainnya, sedang asalnya dalam shahih Muslim, dengan tidak ada tambahannya, sebagaimana yang tersebut dalam kitab Fath juz II halaman 152). Dan tersebut dalam al-Bukhari dari Sahl bin Saad yang berkata:Bahwa orang-orang diperintah supaya meletakkan tangan kanannya pada lengannya.

3. Redaksi kelima berbunyi :
ثُمَّ اقْرَأْ دُعَاءَ الاِفْتِتَاحِ (lalu bacalah doa iftitah)
Dalam Himpunan Putusan Tarjih, bacaan doa iftitah ada dua macam, yaitu :
اللَهُمَّ بَاعِدْبَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ. اللَهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقِّى الثَّوبُ الاَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ. اللَهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
Alla-humma ba-id baini-wa baina khatha-ya-ya kama-ba-adta bainal masyriqi wal maghrib. Alla-humma naqqini- minal khatha-ya- kama-yunaqqats tsaubul abyadlu minad danas. Alla-hummaghsil khatha-ya-ya bilma-i wats tsalji wal barad.
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam dalam shalat fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
atau: Wajjahtu wajhiya lilladzi- fatharas sama-wa-ti wal ardla hani-fan musliman wa ma- ana minal musyriki-n. Inna shala-ti wa nusuki- wa mahya-ya wa mama-ti lillahi-hi rabbil a-lami-n. La-syari-kalahu- wa bidza-lika umirtu wa ana awwalul muslimi-n (wa ana minal muslimi-n. Alla-humma antal maliku la-ila-ha illa-anta, anta rabbi- wa ana abduka, dlalamtu nafsi- wataraftu bidzambi- fagh firli- dzunu-bi- jami-an. La- yagh firudz dzunu-ba illa- anta, wah dini-liahsanil akhla-qi la-yahdil liahsaniha-illa- anta. Washrif anni- sayyiaha- la-yashrifu anni- sayyiaha- illa- anta. Labbaika wa sadaika wal khairu kulluhu- fi-yadaika, wasysyarru laisa ilaika. Ana bika wa ilaika. Taba-rakta wa taa-laita astaghfiruka wa atu-bu ilaika.
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu (HR. Muslim 2/185 – 186)
Muhammadiyah memilih mengamalkan bacaan iftitah yang pertama Allaahumma baaid dalam mengajarkan doa iftitah saat shalat kepada masyarakat dengan pertimbangan bahwa bacaan itu di samping merupakan doa dari sumber hadits yang shahih, juga merupakan bacaan yang pendek mudah dihapal saat mengajarkan kepada masyarakat yang masih perlu pendekatan dalam berdakwah.