MEMBASUH KEDUA KAKI SAAT BERWUDHU

TUNTUNAN BERWUDLU DALAM HIMPUNAN TARJIH MUHAMMADIYAH
(BAGIAN KELIMA)
MEMBASUH KEDUA KAKI
Setelah mengusap kepala dan kedua telinga dengan satu usapan, gerakan berwudlu selanjutnya adalah membasuh kedua kaki. Dalam Himpunan Putusan Tarjih pada redaksi kedua puluh, sampai dengan redaksi kedua puluh tiga, berbunyi :


ثُمَّ اغْسِلْ رِجْلَيْكَ مَعَ الكَعْبَيْنِ بِالدَّلْكِ ثَلاَثًا (20) وَخَلِّلِ الاَصَابِعَ مَعَ اِطَالَةِ غَسْلِهِمَا (21) وَابْدَأْ بِاليُمْنَى (22) وَتَعَهَّدْ غَسْلَهُمَا (23


lalu basuhlah kedua kakimu beserta kedua mata kaki dengan digosok tiga kali (20) dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya (21) dan mulailah dengan yang kanan (22) dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu (23)
Adapun dalil-dalil yang dipakai dalam hal membasuh kedua kaki adalah :
Pertama, dalam firman Allah surat al-Maidah 6


يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan sholat, basuhlah (cucilah) mukamu, tanganmu sampai ke siku, usaplah kepalamu dan cucilah kakimu sampai kedua mata kaki. (Qs. Al-Maidah ayat 6)

Kedua, dalam hadits dari hamran, riwayat dari bukhari Muslim (muttafaq alaih).


لِحَدِيْثِ حُمْرَانَ: اِنَّ عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اليُمْنَى اِلَى المِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ
ثُمَّ مَسَحَ بَرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ اليُمْنَى اِلَى الكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ اليُسْرَى مِثْلَ ذَالِكَ


Artinya: …. lalau membasuh kakinya yang kanan sampai kepada dua mata kaki tiga kali dan yang kiri seperti itu pula.. (HR. Muttafaq Alaih).
Kemudian cara dalam membasuh kedua kaki seperti redaksi berikut :


وَخَلِّلِ الاَصَابِعَ مَعَ اِطَالَةِ غَسْلِهِمَا (21) وَابْدَأْ بِاليُمْنَى (22) وَتَعَهَّدْ غَسْلَهُمَا


dan selai-selailah jari-jari kakimu dengan melebihkan membasuh keduanya, dan mulailah dengan yang kanan, dan sempurnakanlah membasuh kedua kaki itu.

Dalil yang dikemukakan :


وَحَدِيْثِ عَبْدِاللهِ
لِمَا ثَبَتَ مِنْ حَدِيْثِ اَبِى هُرَيْرَةَ عِنْدَ مُسْلِمٍ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَنْتُمُ الغُرُّ الْمُحَجَّلُونَ يَومَ القِيَامَةِ مِنْ اِسْبَاغِ الوُضُوءِ فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ فَاليُطِلْ غُرَّتَهُ وَتَحْجِيْلَهُ.


Menurut hadits Abu Hurairah pada riwayat Muslim, bahwa Ra¬sulullah s.a.w. bersabda: Kamu sekalian bersinar: muka, kaki dan tanganmu di hari kernudian. Sebab menyempurnakan wudlu, maka siapa yang mampu diantaramu supaya melebihkan sinarnya.


لِحَدِيْثِ عَائِشَةَ
لِمَا وُرِىَ عَنْ عَائِشَةَ اَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ التَّيَامُنَ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.


Menurut yang diriwayatkan oleh Aisyah, telah berkata: bahwa Rasulullah s.a.w. suka men¬dahulukan kanannya, dalam memakai sandalnya, bersisirnya, bersucinya dan dalam segala. hal nya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

Perlu mendapat perhatian bagi yang akan membasuh kedua kaki, supaya menggosok-gosok tumit dengan telapak tangan agar tidak ada yang tertinggal basuhan anggota wudlu. Nabi saw telah mengingatkan dalam haditsnya :


لِحَدِيْثِ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَاصِمٍ اَنَّ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ فَجَعَلَ يَقُولُ هَكَذَا, يَدْلُكُ. رَوَاهُ اَحْمَدُ.


Karena hadits Abdullah bin Zaid bin Ashim, bahwa Rasulullah s.a.w. wudlu, maka beliau mengerjakan demikian, yakni menggosok. (Diriwayatkan oleh Ahmad).

Dan juga hadits dari Umar Ibn Khaththab :


لِحَدِيْثِ عُمَرَبْنِ الخَطَّابِ رَضِىَاللهُ عَنْهُ اّنَّ رَجُلاً جَاءَ رَسُولَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ تَوَضَّأَ وَتَرَكَ عَلَى قَدَمَيْهِ مِثْلَ مَوْضِعِ الظُّفْرِ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعْ فَاَحْسِنِ الوُضُوءَ. قَالَ: فَرَجَعَ فَتَوَضَّاَ فَصَلَّى اَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ وَاَبُو دَاوُدَ. وَلِحَدِيْثِ: وَيْلٌ لَلاَعْقَابِ مِنَ النَّارِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ عَنِ ابْنِ عَمْرٍ وَابْنِ

العَاصِ.


Menurut Hadits Umar bin Khathab r.a.: Sungguh telah datang seorang kepada Nabi s.a.w. ia telah berwudlu tetapi telah meninggalkan sebagian kecil telapak kakinya selebar kuku: maka bersabda Rasulullah s.a.w.: kembali dan perbaikilah wudlumu. Berkata Umar. Orang itu lalu kembali berwudlu lalu shalat, (Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud) Dan karena hadits: Neraka Wail itu bagi orang yang tidak sempurna men¬cuci tumitnya. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Ibnu Amer bin Ash).
Berdasarkan dari dalil-dalil di atas dapat disimpulkan :
1. Dari keterangan Rasul tentang cara berwudlu dan juga berdasar ijma para shahabat wajib hukumnya membasuh kedua kaki dalam berwudlu, bukan mengusap seperti yang dipahami oleh golongan syiah Imamiyah.
2. Dalam membasuh dua kaki mendahulukan kaki kanan sebanyak tiga kali basuhan, setelah itu membasuh kaki kirinya. Sehingga cara membasuh dengan bergantian kanan-kiri, kanan-kiri tidak dituntunkan dalam tarjih.
3. Dalam membasuh kedua kaki hingga mata kaki atau boleh melebihkan hingga batas betis.
4. Supaya menggosok dalam membasuh kedua kaki, terutama pada tumit yang sering tertinggal. Menggosok di sini ialah menggerakkan tangan (telapak tangan) di atas anggota kaki setelah air dicurahkan atas anggota kaki sebelum air itu kering. Oleh karena itu, tidaklah cukup jika menggosok kaki dengan kaki yang satunya.