TUNTUNAN TAYAMUM DALAM HIMPINAN PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

TUNTUNAN TAYAMUM
DALAM HIMPINAN PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH
.
Salah satu tuntunan ibadah yang berkaitan dengan bersuci (thoharoh) dalam Himpinan Putusan Tarjih Muhammadyah adalah kaifiyah bertayamum. Tayamum dari segi istilah mempunyai arti bermacam-macam, sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama, antara lain :
Menurut ulama Hanafi :
Tayamum adalah mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang suci. Niat menjadi syarat dalam tayamum karena menggunakan debu yang suci dengan sifat yang tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah (ibadah).

Menurut ulama Maliki :
Tayamum merupakan salah satu bentuk cara bersuci dengan menggunakan debu yang suci dan digunakan untuk mengusap muka dan dua tangan dengan niat.
Sedangkan menurut ulama Syafi’I :
Tayamum adalah mengusap debu ke wajah dan kedu tangan sebagai ganti wudhu, atau salah satu anggota dari keduanya dengan syarat-syarat tertentu.
Ulama Hambali :
Taymum adalah mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang suci dengan cara yang tertentu.
Dasar perintah bertayamum terdapat dalam al-Qur’an surat al-Maaidah ayat 6 :
وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ …..(المائدة: 6)
Dan jika kamu sakit atau bepergian atau salah seorang diantara kamu buang air (buang hajat) atau kamu sentuh wanita (bersetubuh), dan tidak kamu dapati air maka bertayammumlah kamu dengan debu yang bersih maka usaplah mukamu dan tanganmu dengan debu itu… (Qs. Al-Maa’idah 6)

Adapun dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah melaksanakan tayamum telah dikemukakan sebagai berikut :
A. Beberapa penyebab melakukan Tayamum.
Di antara kondisi seseorang dibolehkan bertayamum sebagai pengganti wudhu antara lain;
1. ada halangan untuk menggunakan air, dalam keadaan sakit dan terdapat bahaya bila menggunakan air.

Redaksi dalam Himpunan Putusan Tarjih tertulis :
وَاِذَا تَعَذَّرْتَ مِنِ اسْتِعْمَالِ المَاءِ لِمَرَضٍ أَوْخَوْفِ ضَرَرٍ
Dan jika kamu berhalangan menggunakan air atau sakit atau khawatir mendapat madlarat.

Sebagaimana terdapat dalam Hadits Nabi Muhammad saw :
لِحَدِيْثِ عَمْرُو بْنِ العَاصِ اَنَّهُ لَمَّا بُعِثَ فِى غَزْوَةِ ذَاتِ السَّلاَسِلِ قَالَ: اِحْتَلَمْتُ فِى لَيْلَةٍ بَارِدَةٍ شَدِيْدَةِ البَرْدِ فَاَشْفَقْتُ اِنِ اغْتَسَلْتُ اَنْ اَهْلَكَ فَتَيَمَّمْتُ ثُمَّ صَلَّيْتُ بِاَصْحَابِى صَلاَةَ الصُّبْحِ فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرُوا ذَالِكَ لَهُ. فَقَالَ: يَاعَمْرُو! صَلَّيْتَ بِاَصْحَابِكَ وَاَنْتَ جُنُبٌ؟ فَقُلْتُ: ذَكَرْتُ قَولَ الله تَعَالَى وَلاَ تَقْتُلُوا اَنْفُسَكُمْ اِنَّ اللهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيْمًا فَتَيَمَّمْتُ ثُمَّ صَّلَّيتُ فَضَحِكَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَقُلْ شَيئًا. رَوَاهُ اَحْمَدُ وَاَبَو دَاوُدَ وَالدَّارُ قَطْنِى.
Menurut hadits ‘Amr bin Ash bahwa sesungguhnya ia diutus ke medan perang Dza-tussalasil, ia berkata: "Aku mimpi (mengeluarkan air mani) pada suatu malam yang amat dingin, maka aku takut jika aku mandi akan berbahaya, lalu aku tayammum; kemudian aku shalat Shubuh bersama shahabat shahabatku. Tatkala kami datang pada Nabi s.a.w. mereka menceritakan hal itu, kepadanya; maka beliau bersabda padanya: "Hai 'Amr, engkau shalat bersama sahahabat sahabatmu sedang engkau junub?" Maka aku menyahut: "Saya ingat akan firman Tuhan Allah s.w.t.: dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah itu maha belas kasih kepadamu, maka aku bertayammum dan lalu shalat". Maka tertawalah Rasulullah s.a.w., dan tidak bersabda apa-apa (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Daruqutni)

2. Saat bepergian (musyafir) tidak mendapatkan air untuk berwudhu.
Dalam redaksi dinyatakan :
اَوْ كُنْتَ فِى سَفَرٍ فَلَمْ تَجِدِ المَاءَ فَتَيَمَّمْ صَعِيْدًا طَيِّبًا بَدَلَ الوُضُوءِ وَالغُسْلِ
atau kamu di dalam bepergian, kemudian tidak mendapat air, maka tayammumlah dengan debu yang baik, untuk mengganti wudlu dan mandi.
Berdasar pada Hadits Nabi saw :
لِلاَيَةِ السَّابِقَةِ فِى المُقَدِّمَةِ (فَلَمْ تَجِدُا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيْدًا طَيِّبًا). وَلِحَدِيْثِ جَابِرٍ قَالَ: خَرَجْنَا فِى سَفَرٍ فَاَصَابَ رَجُلاً مِنَّا حَجَرٌ فَشَجَّهُ فِى رَأْسِهِ ثُّمَّ احْتَلَمَ فَسَاَلَ اَصْحَابَهُ: هَلْ تَجِدُوْنَ لِى رُخْصَةً فِى التَّيَمُّمِ ؟ فَقَلُوْا: مَ نَجِدُ لَكَ رُخْصَةً وَاَنْتَ تَقْدِرُ عَلَى المَاءِ. فَاغْتَسَلَ فَمَاتَ. فَلَمَّا قَدِمْنَا عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُخْبِرَ بِذَالِكَ فَقَالَ: قَتَلُوهُ قَتَلُهُمُ اللهُ اَلاَ سَاَلُوا اِذَا لَمْ يَعْلَمُوا؟ فَاِنَّّمَا شِفَاءُ العَيِّ السُّؤَالُ. اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْهِ اَنْ يَتَيَمَّمَ. رَوَاهُ اَبُو دَاوُدَ وَالدَّارُ القُطْنِى.
Menurut ayat tersebut dalam pendahuluan: (sedang kamu tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah kamu dengan debu yang suci). Dan menurut hadits Jabir ia berkata: "Kami sedang dalam bepergian (musafir) lalu seorang dari kami terkena batu sehingga melukai kepalanya; kemudian ia bermimpi (mengelu¬arkan air mani), maka ia berta¬nya kepada teman temannya: Apakah kamu berpendapat bahwa aku mendapat kemudahan bertayammum?. Dijawab oleh mereka: "Kami tidak berpendapat bahwa kamu mendapat kemudahan, sedang kamu kuasa memakai air". Maka mandilah ia lalu meninggal dunia. Tatkala kami datang kepada Nabi s.a.w., kami khabarkan yang demikian itu, maka Nabi s.a.w. bersabda: ”mereka membunuh dia, mereka dikutuk oleh Allah". Mengapa mereka tidak bertanya sedang mereka tidak mengerti? Obat untuk kebodohan adalah bertanya. Sesungguhnya cukup baginya bertayammum". (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Daraquthni).
B. Tata Cara Tayamuam
Adapun tata cara bertayamum yang dipahami oleh Muhammadiyah yang dituangkan dalam Putusan Himpunan Tarjih Muhammadiyah adalah :
1. Meletakkan kedua tangan ke tanah dan meniup
فَاضْرِبْ بِيَدَيْكَ الاَرْضَ وَانْفُخْهُمَا
maka letakkanlah kedua tanganmu ke tanah kemudian tiuplah keduanya
berdasarkan dalil :
لِحَدِيْثِ عَمَّارٍ قَالَ: اَجْنَبْتُ فَلَمْ اُصِبِ المَاءَ فَتَمَعَّكْتُ فِى الصَّعِيْدِ وَصَلَّيْتُ فَذَكَرْتُ ذَالِكَ لِلنَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: اِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ هَكَذَا: وَضَرَبَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَفَّيْهِ الْاَرْضَ وَنَفَخَ فِيْهِمَا ثُمَّ مَسَحَ وَجْهَهُ وَكَفَّيْهِ. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Menurut hadits 'Ammar r.a. ber¬kata: "Aku Pernah berjanabat dan tidak mendapatkan air, kemudian aku berguling-guling di tanah dan shalat. Maka aku ceritakan hal tersebut kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda: “Sesungguhn ya cukup bagimu begini : lalu beliau meletakkan kedua tangannya di tanah dan meniupnya, kemudian meng¬usap muka dan kedua telapak tangannya”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

2. Niat Ikhlas karena Allah.
Sebagaimana dalam redaksi :
مُخْلِصًا نِيَّتَكَ للهِ
dengan ikhlas niatmu karena Allah
Sebagaimana hadits Nabi saw :
لِعُمُومِ حَدِيثِ اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ.
Karena keumuman hadits: Sesungguhya semua pekerjaan itu dengan niyat
لِحَدِيْثِ كُلُّ اَمْرٍ ذِى بَالٍ.
Karena menurut hadits: Segala perkara yang berguna…….yang tercantum pada nomor
3. Membaca Basmalah
وَقُلْ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
dan bacalah :Bismillahirrahmanirrahim
4. Mengusap muka dengan kedua telapak tangan dan kedua tangan.
ثَمَّ امْسَحْ بِهِمَا وَجْهَكَ وَكَفَّيْكَ
kemudian usaplah kedua tanganmu pada mukamu dan kedua telapak tangan

وَمَتَى اَمْكَنَكَ اسْتِعْمَالُ المَاءِ فَلْتَتَطَهَّرْبِهِ
Dan apabila kamu dapat menggunakan air maka bersucilah dengan air itu

Kesimpulan :
1. Penyebab dibolehkan seseorang melakukan tayamum, antara lain :
a) ada halangan untuk menggunakan air,
b) dalam keadaan sakit dan
c) terdapat bahaya bila menggunakan air.
d) Dalam perjalanan (musafir) dan tidak mendapatkan air.
2. Tata Cara Tayamum :
a) meletakkan kedua tangan ke tanah dan meniupnya,
b) niat karena Allah
c) membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim”
d) mengusap muka dengan kedua telapak tangan, dan kedua tangan ( maksud dari kedua tangan adalah kedua telapak tangan sampai pergelangan sebagaimana dalam hadis riwayat mutafaq ‘alaih).